Keharmonisan Estetika Fasad Nusantara Pada Arsitektur Tiongkok: Ketika Budaya Bertemu di Tepi Sungai Musi

Keharmonisan Estetika Fasad Nusantara Pada Arsitektur Tiongkok: Ketika Budaya Bertemu di Tepi Sungai Musi
Masjid Agung Palembang / Foto: Istimewa

JAKARTA - Arsitektur Nusantara merupakan manifestasi keberagaman budaya, tradisi, serta adaptasi lingkungan yang mencerminkan identitas masyarakat Indonesia sejak era pra-kolonial hingga masa kontemporer. Nilai-nilai lokal seperti kosmologi, mitologi, dan sistem sosial terintegrasi dalam bentuk bangunan vernakular yang harmonis dengan alam. Keunikan ini semakin menonjol melalui proses akulturasi, ketika pengaruh budaya asing berbaur dengan unsur Nusantara sehingga menghasilkan bentuk arsitektur baru tanpa menghilangkan karakter lokal.

Artikel ini secara khusus membahas akulturasi gaya arsitektur Tiongkok dengan arsitektur Nusantara di Sumatera Selatan. Sejarah kedatangan masyarakat Tiongkok ke Palembang tercatat sejak pasca keruntuhan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-11. Para pendatang datang untuk berdagang di kawasan seberang Ulu Palembang, khususnya di sepanjang Sungai Musi, kemudian menetap dan berasimilasi melalui pernikahan dengan penduduk setempat (Yuliani, 2025). 

Pada masa kolonial Belanda, arus migrasi Tiongkok semakin meningkat sehingga komunitas Tionghoa berkembang dan menyatu dalam permukiman masyarakat pribumi. Akibatnya, pengaruh budaya Tiongkok hadir secara signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk arsitektur. Pengaruh tersebut terlihat pada bentuk dan desain bangunan tradisional, mulai dari rumah adat hingga masjid.

Studi ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh budaya Tiongkok pada arsitektur vernakular di Sumatera Selatan, serta memahami bagaimana budaya dan arsitektur Tiongkok berinteraksi dan memengaruhi perkembangan arsitektur lokal. Fokus utama penelitian adalah menelaah apakah budaya Tiongkok turut memengaruhi penggunaan dan pemilihan material pada bangunan-bangunan di Sumatera Selatan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan studi dokumentasi, terutama dari jurnal ilmiah dan sumber daring untuk memperoleh informasi yang relevan.

A. Rumah Kapitan

Rumah Kapitan menunjukkan tata ruang simetris dengan denah demanding ke belakang layaknya rumah limas dan juga memiliki courtyard khas Tiongkok pada bagian Tengah (Malik Abdul Aziz & Siti Rukayah, 2020).Rumah Kapitan memadukan berbagai material dari pengaruh budaya yang berbeda. Dinding terbuat dari bata tebal bergaya kolonial yang memberikan kesan kokoh, namun juga didominasi penggunaan material kayu pulai dan jati yang berupa ciri khas dari arsitektur Tiongkok. 

Penggunaan cat berwarna merah pada beberapa bagian bangunan menunjukkan pengaruh budaya Tiongkok yang melambang keberuntungan dan dilengkapi ornamen bermotif simbolik seperti lambang matahari yang memperkuat identitas estetika Tiongkok pada Rumah Kapitan.

Gambar 1. Rumah Kapitan

B. Museum Negeri Bengkulu

Museum Negeri Bengkulu dibangun dengan mengikuti rumah tradisional Bubungan Limo. Rumah tradisional Bubungan Limo memiliki dasar berupa panggung, tetapi pada Museum Negeri Bengkulu diubah menjadi bangunan berlantai dua. Atap dari museum ini berbentuk limas. Material bangunan museum ini terdiri dari bata dan kayu sedangkan untuk interiornya didominasi oleh material kayu medang kemuning

Terdapat juga pengaruh budaya Tiongkok pada penggunaan ragam motif flora pada sisi atap dan juga dinding. Selain itu bangunan museum ini juga menggunakan warna-warna cerah berupa putih dan kuning keemasan seperti bangunan-bangunan khas Tiongkok.

Gambar 2. Museum Negeri Bengkulu

C. Rumah Limas

Material bangunan yang digunakan pada Rumah Limas adalah kayu kuat dan tahan lama. Berbagai jenis kayu digunakan pada Rumah Limas. Rumah Limas Palembang menunjukkan keindahan dalam arsitektur dan desainnya. Kayu-kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan diolah dengan cerman dan kemampuan tangan yang terampil, sehingga menghasilkan detail-detail yang indah dan rumit. 

Ornamen-ornamen yang rumit dan ukiran-ukiran yang rumit menghiasi dinding dan atap rumah Limas (Zamhari et al., 2023). Terdapat ukiran pada Rumah Limas dengan motif floral, naga dan guci yang juga hasil alkulturasi budaya di Palembang (Refisrul, 2008).

Gambar 3. Rumah Limas

D. Masjid Agung Palembang

Struktur bangunan bergaya tiongkok dapat dilihat pada bagian atap. Bentuk atap seperti limas tersebut Penggunaan mirip dengan atap yang terdapat pada klenteng. Terdapat tiga tingkatan pada setiap limas dengan detail dan lengkungan-lengkungan yang indah. Di sisi atas terdapat lengkungan yang bentuknya seperti tanduk. 

Pada tanduk tersebut terdapat jurai seperti daun simbar. Lengkungan jurai daun simbar yang ada pada sisi atas limas sengaja dibuat lancip seperti atap klenteng. Ada terdapat setidaknya 13 buah jurai pada setiap sisi limas.

Gambar 4. Masjid Agung Palembang

E. Masjid Jamik Bengkulu

Dengan lapisan menara bahan seng yang menjulang tinggi merupakan gaya arsitketur Melayu. Atap bertingkat melengkung dengan berwarna merah cerah memiliki artikulasi budaya tiongkok dimana ada makna filosofi dan status sosial, dan menunjukkan kesakralan.  Tiga menara tersebut ada melambangkan prinsip agama Islam yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. 

Mulai dari kaligrafi yang berupa Ayat-ayat Al-Quran, corak bergaya Istanbul hingga adanya ornamen Tiongkok di dalam Masjid ini. Bahan ubin teraso putih dengan bentuk persegi melapisi rata-rata lantai bangunan. Tidak kalah penggunaan kayu pada struktur atap dan tiang.

Gambar 5. Masjid Jamik Bengkulu

Penggunaan material pada tiap bangunan tidak menunjukkan pengaruh oleh budaya tiongkok. Melainkan ditandai dengan penggunaan warna, motif, ukiran, bentuk atap. Satu-satunya material yang terpengaruh tiongkok adalah penggunaan kayu dengan teknik sambungan kayu yang diberikan pasak pada Rumah Limas. Sedangkan Rumah Kapitan, Museum Negeri Bengkulu, dan Masjid Jamik Bengkulu terpengaruh melalui warna, Masjid Agung Palembang dan Masjid Jamik Bengkulu melalui bentuk atap, terakhir motif pada semua bangunan.

Bangunan bersejarah di Indonesia menunjukkan bahwa pengaruh budaya Tiongkok bukanlah hal negatif, tetapi justru memperkaya keunikan arsitektur lokal. Seperti dijelaskan oleh Rudi Kurniawan, Muhammad (2023), arsitektur tradisional Tiongkok memiliki ciri ukiran rumit, atap melengkung, serta unsur warna merah dan emas yang tampak pada banyak bangunan Tionghoa di Indonesia. Contohnya, Masjid Agung Palembang menampilkan atap berjurai, ornamen naga dan phoenix, serta dominasi warna merah dan emas. 

Rumah Kapitan juga mencerminkan kuatnya pengaruh komunitas Tionghoa melalui penggunaan courtyard, material tertentu, warna merah, dan simbol matahari, sementara Masjid Jamik Bengkulu menunjukkan akulturasi melalui atap bertingkat melengkung dan ornamen interior khas.

Di sisi lain, beberapa bangunan memperlihatkan pengaruh Tiongkok yang lebih halus. Rumah Limas hanya menunjukkan kesamaan pada teknik sambungan pasak yang menyerupai konstruksi tradisional Tiongkok. Museum Negeri Bengkulu, yang umumnya mengikuti bentuk rumah Bubungan Lima, memiliki pengaruh Tiongkok yang sangat terbatas, terlihat sedikit pada bentuk atapnya. Meski intensitasnya berbeda-beda, keseluruhan pengaruh budaya Tiongkok ini menjadi jejak sejarah yang bernilai dan patut dilestarikan.

Pengaruh Budaya Tiongkok dipengaruhi oleh perkembangan zaman, sistem konstruksi, koleksi peninggalan, kebudayaan dengan material modern yang memudahkan untuk menampilkan corak bangunan Tiongkok dibandingakan dengan zaman pengunaan material melokal yang membatasi peluang untuk mengkreasi ornamen-ornamen.

Berdasarkan hasil pencarian, identifikasi dan diskusi pada berbagai bangunan di Sumatera Selatan, pengaruh budaya Tiongkok dapat dilihat pada bangunan. Terdapat ukiran-ukiran yang umumnya terdapat pada kayu, teknik sambung kayu yang diberikan pasak, penggunaan warna merah cerah, dan bentuk atap yang menyerupai tanduk. Ditambah dengan ornamen ciri khas lainnya budaya Tionghoa seperti adanya motif naga, matahari, floral yang terdapat pada setiap bangunan yang telah diidentifikasi. 

Ornamen-ornamen tersebut menciptakan keharmonisan pada estetika fasad bangunan vernakular yang ditemui di daerah Sumatera Selatan khususnya Bengkulu dan Palembang. Mereka menjadikan bahasa atau langgam arsitektur Tionghoa mengalir dengan indah pada bangunan Nusantara di Indonesia. Langgam ini pula yang menguatkan identitas Arsitektur Nusantara dengan pengaruh budaya Tiongkok di Indonesia menjadi unik dan signifikan diantara kayanya budaya Indonesia.

Dosen: Amanda Rosetia, Ph.D.

Tim Penulis Mahasiswa Universitas Internasional Batam: Dwi Tiara Putri, Kelly Stevani, Nabila Khairunnisa, Rika Lolangi, Richelle Zhang, Thania Jaya Dinata, Wilhelmina

Reference

Adiyanto, J. (n.d.). KAMPUNG KAPITAN INTERPRETASI “JEJAK” PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN ELEMEN ARSITEKTURAL. ilide.info-makalah-senbud-pr_17cb1bbc46b2bc37e00748751778ddb3. (n.d.).

Anggraeni, D. W., & Mustika, S. W. A. (2018). Bentukan Massa Dan Arsitektur Pada Rumah Limas Palembang Hasyim Ning Dengan Pendekatan Akulturasi. Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, 12(1), 1. https://doi.org/10.24002/jars.v12i1.1649

Harbyantinna, A. L. D., Raudhoh, R. S., & Andrianawati, A. (2022). Ragam Hias Gaya Tionghoa sebagai Indentitas Bangunan Candra Naya. Waca Cipta Ruang, 8(1), 23–27. https://doi.org/10.34010/wcr.v8i1.6407Iqbal Romadhon (Ilide.Info-Makalah-Senbud-Pr_17cb1bbc46b2bc37e00748751778ddb3, n.d.) Perpaduan tiga budaya pada elemen estetis masjid agung palembang _

Kania. (2018). Punya Filosofi, Ini Nih 6 Makna dan Fakta Rumah Limas. Dekoruma. https://m.dekoruma.com/artikel/72942/makna-dan-fakta-rumah-limas#google_vignette

Nugroho, B. (2024). Museum Bengkulu: Sejarah, Daya Tarik, dan Koleksinya. DetikSumbagsel. https://share.google/fYSXNk2TSoBSNwYpq

Refisrul. (2008). RUMAH LIMAS PALEMBANG Konsep Tata Ruang Dan Pengaruh Jawa. (N. Effendi, Ed.). Padang: DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BALAI PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL.

R, M. K. (2021). Mengenal Masjid Jamik Bengkulu Salah Satu Karya Arsitektur Ir.Soekarno. Medcom.Id. https://osc.medcom.id/community/mengenal-masjid-jamik-bengkulu-salah-satu-karya-arsitektur-ir-soekarno-1808

Kurniawan, M.R. (2023). Sejarah dan Kontribusi Seni Kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/muhammadrudikurniawan/63df1a0108a8b57105762782/sejarah-dan-kontribusi-seni-kebudayaan-tionghoa-di-indonesia#:~:text=Pengaruh%20budaya%20Tionghoa%20terhadap%20desain%20Indonesia&text=Sala h%20satu%20bentuk%20yang%20paling,penggunaan%20warna%20merah%20dan%20emas

Yahya, Z. (2023). Sejarah Masjid Jamik Bengkulu, Masjid Ikonik yang Memadukan Arsitektur Melayu dan Tiongkok. Bengkuluutara.Inews.Id. https://bengkuluutara.inews.id/read/324071/sejarah-masjid-jamik-bengkulu-masjid-ikonik-yang-memadukan-arsitektur-melayu-dan-tiongkok

Vitru, R., Arfianti, A., Arsitektur dan Desain, F., Veteran Jawa Timur, U., & Rungkut Madya No, J. (2024). Kajian Arsitektur Neo Vernakular pada Museum Negeri di Kota Bengkulu. Religion Education Social Laa Roiba Journal, 6, 3549. https://doi.org/10.47476/reslaj.v6i6.3200

Yuliani. (2025). Rekam Jejak Sejarah Panjang Leluhur Tionghoa di Palembang. Idntimes.Com. https://sumsel.idntimes.com/news/sumatera-selatan/rekam-jejak-sejarah-panjang-leluhur-tionghoa-di-palembang-c1c2-01-fzf3x-623kwg/amp

Zamhari, A., Jundi, I. Al, Hepiani, H., Agusutia, D., Nirwana, P., Keguruan, F., Palembang, U. P., Konseling, B., & Palembang, U. P. (2023). Arsitektur Rumah Limas Palembang Sebagai Warisan Budaya Palembang Limas House Architecture as A Cultural Heritage. 3(6), 241–247.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index